TEORI BELAJAR GESTALT
Gestalt ialah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang mempunyai hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil. Teori Belajar gestalt ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt ialah bahwa obyek atau insiden tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
1. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan sanggup dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek menyerupai ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
2. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
3. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang mempunyai kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
4. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
5. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
6. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat empat perkiraan yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
1. Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan sikap “Molecular”. Perilaku “Molecular” ialah sikap dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan sikap “Molar” ialah sikap dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola ialah beberapa sikap “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan sikap “Molecular”.
2. Hal yang penting dalam mempelajari sikap ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis ialah lingkungan yang sebetulnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seakan-akan sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).
3. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bab peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, menyerupai : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya ialah teladan dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak menyerupai gunung atau binatang tertentu.
4. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris ialah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memperlihatkan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya akseptor didik mempunyai kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin terang makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi perkara dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari akseptor didik hendaknya mempunyai makna yang terang dan logis dengan proses kehidupannya.
3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa sikap terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akhir hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jikalau akseptor didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh alasannya ialah itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah kegiatan pengajaran dan membantu akseptor didik dalam memahami tujuannya.
4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa sikap individu mempunyai keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh alasannya ialah itu, materi yang diajarkan hendaknya mempunyai keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan akseptor didik.
5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola sikap dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer berguru terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer berguru akan terjadi apabila akseptor didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu perkara dan menemukan generalisasi untuk kemudian dipakai dalam memecahkan perkara dalam situasi lain. Oleh alasannya ialah itu, guru hendaknya sanggup membantu akseptor didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
Para mahir dan issu yang membuatkan teori gestalt
1. Max Wertheimer (1880-1943)
Max Wertheimer ialah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis sehabis dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan insan melaksanakan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik tetapi proses mental sehingga diambil kesimpulan ia menentang pendapat Wundt.
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt sehabis beliau melaksanakan eksperimen dengan memakai alat yang berjulukan stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk sanggup melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudiangaris yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul ialah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu alasannya ialah sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian. Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain :
· Hukum Kedekatan (Law of Proximity)
· Hukum Ketertutupan ( Law of Closure)
· Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)
2. Kurt Koffka (1886-1941)
Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Kariernya dalam psikologi dimulai semenjak beliau diberi gelar doktor oleh Universitas Berlin pada tahun 1908. Sumbangan Koffka kepada psikologi ialah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian tanda-tanda psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, hingga kepada psikologi berguru dan psikologi sosial. Teori Koffka perihal berguru didasarkan pada anggapan bahwa berguru sanggup diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt. Teori Koffka perihal berguru antara lain:
· Jejak ingatan (memory traces), ialah suatu pengalaman yang membekas di otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
· Perjalanan waktu kuat terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu tidak sanggup melemahkan, melainkan menjadikan terjadinya perubahan jejak, alasannya ialah jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
· Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.
3. Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di Berlin. Eksperimennya ialah : seekor monyet diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam kandang terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula binatang itu melompat-lompat untuk mendapat pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, monyet itu berhenti sejenak, seakan-akan memikir cara untuk mendapat pisang itu. Tiba-tiba binatang itu sanggup sesuatu wangsit dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu.
Menurut Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu perkara atau problem, maka akan terjadi ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan berlangsung hingga perkara tersebut terpecahkan. Karena itu, berdasarkan Gestalt apabila terdapat ketidakseimbangan kognitif, hal ini akan mendorong organisme menuju ke arah keseimbangan. Dalam eksperimennya Kohler hingga pada kesimpulan bahwa organisme –dalam hal ini simpanse– dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian atau dengan insight.
0 Response to "Teori Berguru Gestalt"
Post a Comment